Sabtu, 06 April 2024

Kultum: Metode Penentuan Hilal bagi NU dan Muhammadiyah, Apa Bedanya?

 Metode Penentuan Hilal bagi NU dan Muhammadiyah, Apa Bedanya?

 

1. NU dengan metode rukyatul hilal
Menurut NU, penentuan hilal atau awal bulan Ramadan perlu didasarkan pada penglihatan dan pengamatan bulan secara langsung. Metode ini yang kemudian dikenal dengan rukyatul hilal.

"Metodologi penentuan awal bulan Qamariah, baik untuk menandai permulaan Ramadhan, Syawal dan bulan lainnya harus didasarkan pada penglihatan bulan secara fisik (rukyatul hilal bil fi'ly)," bunyi keterangan dari laman NU.

Bulan yang dimaksud adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru. Bulan inilah yang disebut dengan hilal.

Pengamatan hilal tersebut dilakukan pada hari ke-29 atau malam ke-30, dari bulan yang sedang berjalan. Bila malam tersebut hilal sudah terlihat maka malam itu pula sudah dimulai bulan baru.

Sebaliknya, jika hilal tidak terlihat maka malam itu adalah tanggal 30 bulan yang sedang berjalan. Malam berikutnya dimulai tanggal satu bagi bulan baru atas dasar istikmal (digenapkan).

Pedoman dari penentuan hilal dengan metode ini didasarkan oleh NU dari firman Allah SWT surat Al Baqarah ayat 189:

يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِيَ مَوَاقِيتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, 'Itu adalah (penunjuk) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji,' ..."

Untuk melihat hilal, biasanya posisi bulan harus berada dua derajat di atas matahari. Syarat lainnya adalah jarak elongasi dari matahari ke arah kanan atau kiri. Semakin lebar maka makin mudah melihat hilal langsung.


2. Muhammadiyah dengan metode hisab wujudul hilal
Di sisi lain, Muhammadiyah menggunakan metode hisab atau perhitungan astronomis untuk menentukan awal Ramadan. Metode yang digunakan Muhammadiyah ini bernama hisab hakiki wujudul hilal.

Metode ini meyakini adanya hilal meskipun tidak terlihat dengan mata telanjang selama memenuhi kriteria tertentu. Tiga syarat kriteria dalam penentuan hilal dengan metode ini di antaranya:

1. Telah terjadi ijtimak (konjungsi)

2. Ijtimak (konjungsi) itu terjadi sebelum matahari terbenam

3. Pada saat terbenamnya matahari piringan atas bulan berada di atas ufuk (bulan baru telah wujud)

Semua kriteria tersebut harus terpenuhi untuk menandakan dimulainya bulan baru. Apabila ada satu yang tidak terpenuhi maka belum masuk bulan baru.

Dengan catatan, bila menggunakan metode hisab hakiki kriteria ijtimak sebelum gurub (al-ijtima' qabla al-gurub), tidak perlu lagi mempertimbangkan keberadaan bulan saat matahari terbenam di atas ufuk atau bukan.

Misalnya, jika ijtimak terjadi sebelum matahari tenggelam maka malam itu dan esok harinya sudah dapat dikatakan sebagai bulan baru. Sebaliknya, jika ijtimak terjadi sesudah matahari terbenam maka malam itu dan esok harinya masih merupakan hari penggenap bulan.

Baca juga:
Awal Puasa Ramadhan 2022 Bisa Beda, Bagaimana Menyikapinya?
Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dijelaskan, kriteria dalam metode hisab wujudul hilal dipahami berdasarkan firman Allah SWT surat Yasin ayat 39-40,

وَالْقَمَرَ قَدَّرْنَاهُ مَنَازِلَ حَتَّى عَادَ كَالْعُرْجُونِ الْقَدِيمِ (39) لَا الشَّمْسُ يَنْبَغِي لَهَا أَنْ تُدْرِكَ الْقَمَرَ وَلَا اللَّيْلُ سَابِقُ النَّهَارِ وَكُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ (40)

Bacaan latin: 39. Wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā 'āda kal-'urjụnil-qadīm, 40. Lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn

Artinya: 39. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. 40. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.

Dengan dasar inilah para ulama yang paham perhitungan hisab mengumpulkan pola peredaran bumi, bulan, dan matahari. Pola tersebut menjadi dasar perhitungan penentuan awal Ramadhan dan Idul Fitri.

Sumber:
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6004987/metode-penentuan-hilal-bagi-nu-dan-muhammadiyah-apa-bedanya.



Kultum: Tanda-tanda dan Keistimewaan Lailatul Qadar

                         Tanda-tanda dan Keistimewaan Lailatul Qadar


Lailatul Qadar adalah salah satu malam mulia yang ada di bulan Ramadhan dan kedatangannya dinantikan kaum muslim. Adapun kedatangan malam Lailatul Qadar tersebut juga ditunjukkan dengan adanya tanda-tanda dan keistimewaan.
Keistimewaan atau keutamaan malam Lailatul Qadar tersebut dapat diraih kaum muslim dengan mengerjakan sejumlah amalan, seperti sholat sunah lailatul qadar hingga i'tikaf di masjid.

Adapun terjadinya Lailatul Qadar ini diyakini pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan, tepatnya di malam ganjil yang dimulai pada malam 21, 23, 25, 27, dan 29.

Lantas, apa itu Lailatul Qadar? Berikut pengertian, tanda-tanda, dan keistimewaannya.

Pengertian Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa dan mulia bagi Al-Quran. Hal itu disebabkan karena pada malam ini lah Al-Quran pertama kali diturunkan oleh Allah SWT dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah atau langit dunia.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. Al Qadr ayat 1 sebagai berikut:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Innā anzalnāhu fī lailatil-qadr

Artinya : " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar."

 

Sejarah Turunnya Al Quran

Sejarah turunnya Al Quran diceritakan dalam berbagai sumber. Dikutip dari buku Pengantar Studi Al Quran karya Abdul Hamid Lc, turunnya Al Quran terbagi ke dalam tiga periode.

Periode pertama ketika di Bait al-Mahfuz. Pada proses ini tidak seorang pun yang mengetahui posisi keberadaan Al Quran. Apakah berada di Lauh al-Mahfuz dengan dibawa oleh malaikat Jibril atau tidak. Hanya Allah SWT yang tahu.
Abdul Hamid menyebut bahwa Lauh al-Mahfuz adalah tempat azali yang menjadi tempat tertulisnya segala sesuai baik yang ada maupun yang belum ada.


Periode pertama ini disebutkan dalam Q.S al Buruj ayat 21-22,

بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَّجِيدٌ (21) فِى لَوْحٍ مَّحْفُوظٍۭ (22)

Artinya:" Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh."

Disebutkan juga dalam firman-Nya pada Q.S al-Waqiah ayat 77-78,

إِنَّهُۥ لَقُرْءَانٌ كَرِيمٌ (77) فِى كِتَٰبٍ مَّكْنُونٍ (78)

Artinya:" Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh)"


Periode kedua merupakan turunnya Al Quran dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia. Tempat tersebut dinamakan Bait al-Izzah. Beberapa pendapat mengatakan Al Quran diturunkan secara keseluruhan dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia sebelum kenabian.

Hal ini diperkuat dengan firman Allah SWT pada Q.S al Qadr ayat 1, Q.S ad-Dukhaan ayat 3, dan Q.S al-Baqarah ayat 185.

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

Artinya:" Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan." (Q.S Qadr: 1)

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan." (Q.S ad-Dhukan: 3)

شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ

Artinya:" (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)...." (Q.S al-Baqarah: 185)

Beberapa ahli tafsir mengatakan Al Quran diturunkan dari Lauh al-Mahfuz ke langit dunia pada malam kedua puluh empat bulan Ramadhan.

Proses ketiga adalah turunnya Al Quran dari langit dunia kepada nabi Muhammad Saw. Peristiwa turunnya Al Quran pada proses ketiga ini diawali dengan turunnya ayat pertama Al Quran dalam surat al-Alaq.

Dalam buku tersebut disebutkan bahwa sebagian pendapat mengatakan turunnya surat al-Alaq ayat 1-5 terjadi pada malam ketujuh belas Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa nabi Muhammad Saw menerima wahyu dalam dua keadaan. Pertama, terdengar seperti suara lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat bagi rasulullah.

Sebagaimana difirmankan dalam Q.S al-Muzammil ayat 5

إِنَّا سَنُلْقِى عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا

Artinya:" Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat."

Kedaaan kedua, dikatakan bahwa malaikat Jibril datang kepada nabi Muhammad dalam keadaan seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki. Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insāna min 'alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī 'allama bil-qalam 'allamal-insāna mā lam ya'lam.

Perkataan yang disampaikan malaikat itu merupakan surat al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut,

ٱقْرَأْ بِٱسْمِ رَبِّكَ ٱلَّذِى خَلَقَ (1) خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ مِنْ عَلَقٍ (2) ٱقْرَأْ وَرَبُّكَ ٱلْأَكْرَمُ (3) ٱلَّذِى عَلَّمَ بِٱلْقَلَمِ(4) عَلَّمَ ٱلْإِنسَٰنَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (5)

Artinya:" Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya." (Q.S al-Alaq: 1-5)



Tanda-tanda Lailatul Qadar
Kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah SWT. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan malam yang sangat mulia itu tiba. Karena hanya orang-orang terpilih saja yang akan memahami dan mendapatkan keistimewaan malam itu. Namun, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa malam Lailatul Qadar akan datang pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan melalui sabdanya sebagai berikut:

« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ».

Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan ramadhan. (HR. Bukhori).

Selanjutnya, Rasulullah SAW ketika ditanya oleh para sahabat beliau menjawab terdapat beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar seperti malam yang terang dan bercahaya, udara yang sejuk, langit cerah, hingga angin yang tenang.

فقد سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن علاملت ليلة القدر فقال هي ليلة بلجة اي مشرقة نيرة لاحارة ولا باردة ولاسحاب فيها ولامطر ولاريح ولايرمى فيها بنجم ولاتطلع الشمس صبيحتها مشعشة

Artinya: " Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tanda-tanda lailatul qadar, maka beliau bersabda: Yaitu malam yang terang dan bercahaya, udaranya tidak panas dan tidak dingin, tidak ada mendung tidak ada hujan, tidak ada gerak angin dan tidak ada bintang yang dilempar. Paginya matahari terbit dengan terang tapi tidak terlalu memancar."

Sehingga berdasarkan penjelasan Nabi Muhammad SAW dapat disimpulkan tanda-tanda malam Lailatul Qadar adalah sebagai berikut:

1. Malam terang dan bercahaya

2. Udara tidak panas dan tidak dingin

3. Tidak ada mendung

4. Tidak ada hujan

5. Tidak ada gerak angin

6. Tidak ada bintang yang dilempar


Keistimewaan Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar merupakan salah satu momen yang paling dinantikan dan diharapkan oleh umat Islam. Hal itu disebabkan karena pada malam itu terdapat berbagai macam keistimewaan dan keutamaan yang hanya akan diperoleh oleh umat Islam yang dirahmati oleh Allah, pasalnya tidak semua orang akan berjumpa dengan malam yang mulia ini.


1. Lebih baik dari pada seribu bulan
Apabila seorang muslim menunaikan ibadah ataupun melakukan kebaikan di ketika malam Lailatul Qadar, maka ia akan memperoleh pahala mengerjakan kebaikan itu setara dengan 1000 bulan atau 83 sampai 84 tahun lamanya.

2. Malam yang Dimuliakan oleh Allah SWT
'Al Qadar' dapat diartikan sebagai 'Al Syarf' yang berarti mulia (kemuliaan dan kebesaran). Maksudnya Allah SWT telah mengangkat Nabi Muhammad pada malam ini dan menjadikannya sebagai Rasul terakhir.

3. Al-Quran Diturunkan
Ketika malam Lailatul Qadar Allah menurunkan Al-Quran dari Lauh Al-Mahfudz ke Baitul Izzah. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Qadr ayat 1 sebagai berikut:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Innā anzalnāhu fī lailatil-qadr

Artinya : " Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam qadar."

4. Malaikat Banyak yang Turun ke Bumi
Salah satu keistimewaan dari malam Lailatul Qadar adalah para malaikat akan banyak turun ke Bumi dan dipimpin malaikat Jibril. Para malaikat akan turun dengan cahaya yang cemerlang, dengan penuh kedamaian dan kesejahteraan. Kedatangan mereka untuk mengucapkan selamat kepada umat Islam yang telah menunaikan ibadah selama bulan Ramadhan.

5. Dipenuhi Kesejahteraan Hingga Fajar
Malam Lailatul Qadar akan dipenuhi dengan keberkahan dan kesejahteraan hingga matahari terbit atau waktu fajar. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-Qadr ayat 5 sebagai berikut:

سَلَامٌ هِيَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Salāmun hiya ḥattā maṭla'il-fajr(i).

Artinya : "Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar."

Demikian pengertian, tanda-tanda, hingga keistimewaan Lailatul Qadar yang terjadi di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat, Lur!


Artikel ini ditulis oleh Noris Roby Setiyawan peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

 

Sumber:

https://news.detik.com/berita/d-5536139/al-quran-turun-pertama-kali-pada-17-ramadhan-berikut-sejarahnya.

https://www.detik.com/jateng/berita/d-6664859/lailatul-qadar-adalah-pengertian-tanda-tanda-dan-keistimewaannya.



Kamis, 28 Maret 2024

Kultum: 7 interaksi bersama Al Quran

 

7 interaksi bersama Al Quran


1. Tahsin Al Quran / memperindah membaca Al Quran

     - tips belajar Quran untuk pemula: Makhroj, mad, qolqolah, dengung, waqof.

2. Tilawah Al Quran / membaca Al Quran

3. Tahfidz Al Quran / Menghafal Al Quran

    (menjaga dan mengulang-ulang bacaan)

4. Tafsir Al Quran

    (upaya menyingkap makna dari pesan-pesan dalam al-Qur'an). Buku/kitab tafsir terkenal: Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Al-Thabari, Tafsir Al-Qurtuby, Tafsir Al-Jalalain, Tafsir As-Suyuthi

5. Tadabbur Al Quran / memahami Al Quran

    (memahami, merenungkan dan menghayati kandungan Al Quran) (usaha untuk mengambil manfaat, hikmah-hikmah dan segala manfaat dari al- Qur'an)

6. Tat'biq / mengamalkan Al Quran

7. Ta'lim / mengajarkan Al Quran

    (mengajarkan, menyebarkan, mendakwahkan Al-Qur’an)


Pengajian Nuzulul Quran Masjid Al Muhajirin 1445 H.

Pemateri : Ustadz Ahmad Salim, Lc.

Senin, 25 Maret 2024

Kultum anak: Hal-hal yang membatalkan puasa dan merusak pahala puasa

 


HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA 

DAN MERUSAK PAHALA PUASA


1.    Makan dan minum dengan sengaja

2.      Muntah dengan Sengaja

3.      Menelan dahak yang sudah keluar di rongga mulut

4.      Haid atau Nifas

5.      Melakukan Jima’

6.      Murtad atau Keluar dari Islam

7.      Keluarnya Air Mani

8.      Gila

9.      Pingsan

10.  Masuknya Sesuatu ke Dalam Dua Lubang

11.  Meninggal

12.  Merokok

 

HAL-HAL YANG MERUSAK PAHALA PUASA
1. Marah

2. Bohong

3. Tidur sepanjang hari

4. Melihat lawan jenis dengan hawa nafsu

5. Menggibah

Minggu, 24 Maret 2024

Kultum: Cara-cara memakmurkan masjid

 

CARA-CARA MEMAKMURKAN MASJID

 

Hadirin sekalian yang dirahmati Allah,

Berikut saya ingin membacakan hadis dan ayat Al Quran yang menjelaskan tentang keutamaan memakmurkan masjid, antara lain sabda Rasulullah SAW:

"Barang siapa membangun masjid bagi Allah untuk mengharapkan keridaan-Nya, niscaya Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah dalam surga," (Riwayat al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmidzi dari 'Utsman bin Affan)

Kemudian Rasulullah SAW juga bersabda:

"Apabila kamu melihat seseorang membiasakan diri (beribadah) di masjid, maka bersaksilah bahwa ia orang yang beriman," (Riwayat Ahmad, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-hakim dari Abi Said al-Khudri)

 

 

Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah ayat 18:

اِنَّمَا يَعۡمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنۡ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ وَاَ قَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمۡ يَخۡشَ اِلَّا اللّٰهَ‌ فَعَسٰٓى اُولٰۤٮِٕكَ اَنۡ يَّكُوۡنُوۡا مِنَ الۡمُهۡتَدِيۡنَ

Innamaa ya'muru masaa jidal laahi man aamana billaahi wal Yawmil Aakhiri wa aqoomas Salaata wa aataz Zakaata wa lam yakkhsa illal laaha fa'asaaa ulaaa'ika ai yakuunuu minal muhtadiin

Artinya: "Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap) melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada apa pun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk," (QS. At-Taubah: 18)

Hadis dan ayat ini menjelaskan bahwa yang patut memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang benar-benar beriman kepada Allah.

Orang-orang tersebut termasuk kaum yang berserah diri kepada-Nya serta percaya akan datangnya hari akhirat tempat pembalasan segala amal perbuatan, melaksanakan salat, menunaikan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Orang-orang inilah yang diharapkan termasuk golongan yang mendapat petunjuk untuk memakmurkan masjid-masjid-Nya.

 

 

Hadirin yang dirahmati Allah,

Masjid merupakan rumah Allah di muka bumi ini. Di dalamnya, kita melaksanakan ibadah, belajar agama, serta mempererat tali silaturahmi. Oleh karena itu, memakmurkan masjid menjadi salah satu tugas penting umat Islam. Memakmurkan masjid bukan hanya sekadar hadir dalam shalat lima waktu, tetapi juga dengan cara-cara lain yang dapat meningkatkan kualitas dan keberkahan masjid tersebut.

Ada 8 point cara-cara memakmurkan masjid:

Pertama, kita dapat memakmurkan masjid dengan aktif berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang diselenggarakan di masjid, seperti pengajian, kajian tafsir, dan shalat berjamaah. Dengan demikian, kita tidak hanya memperoleh pahala, tetapi juga turut memperkokoh keberadaan masjid sebagai pusat aktivitas keagamaan.

Kedua, kita dapat memakmurkan masjid dengan menjaga kebersihan dan kerapihan masjid. Membersihkan masjid, baik dari segi fisik maupun spiritual, merupakan wujud kecintaan kita terhadap rumah Allah SWT.

Ketiga, kita dapat memakmurkan masjid dengan berkontribusi dalam pembangunan dan pemeliharaan masjid. Memberikan donasi untuk kepentingan masjid adalah investasi akhirat yang sangat bernilai.

Keempat, kita dapat memakmurkan masjid dengan menjadikannya sebagai pusat pendidikan agama. Mengajarkan agama kepada anak-anak dan remaja di masjid akan menjadikan masjid sebagai tempat pembentukan generasi yang beriman dan bertakwa.

Kelima, kita dapat memakmurkan masjid dengan aktif mengikuti kegiatan sosial dan kegiatan-kegiatan amal yang diselenggarakan oleh masjid. Dengan berpartisipasi aktif, kita turut memperkuat kegiatan sosial di masyarakat sekitar masjid.

Keenam, kita dapat memakmurkan masjid dengan menjaga suasana kekeluargaan dan persaudaraan di antara jamaah masjid. Kita dapat saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain dalam kebaikan.

Ketujuh, kita dapat memakmurkan masjid dengan senantiasa menjaga keamanan dan ketertiban di sekitar masjid. Dengan demikian, masjid akan menjadi tempat yang aman dan tenteram bagi seluruh jamaah.

Kedelapan, kita dapat memakmurkan masjid dengan senantiasa meningkatkan kualitas ibadah kita di dalam masjid. Shalat dengan khusyuk, membaca Al-Qur'an dengan tartil, dan berdzikir dengan penuh kekhusyukan akan menjadikan masjid sebagai tempat yang penuh berkah dan keberkahan.

 

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dengan penjelasan di atas, semoga kita semua termasuk golongan kaum dan orang-orang yang suka memakmurkan masjid, tak hanya di bulan Ramadan, tetapi juga di bulan-bulan selain Ramadan, aamiin allahumma aamiin.

Memakmurkan masjid adalah tanggung jawab kita bersama sebagai umat Islam. Dengan memakmurkan masjid, kita turut serta dalam membangun pondasi keimanan dan ketaqwaan yang kokoh. Mari kita jadikan masjid sebagai tempat yang penuh berkah, sejahtera, dan mendatangkan rahmat bagi seluruh umat.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

 

Sumber:

Chat GPT

https://tirto.id/kultum-ramadhan-hari-ke-25-memakmurkan-masjid-seperti-bulan-puasa-grwk

 

 

Minggu, 17 Maret 2024

Kultum: Haditz tentang Anjuran Memperbagus Sholat

 

Haditz tentang Anjuran Memperbagus Sholat

1.   Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu diceritakan bahwa seorang lelaki pernah masuk masjid dan shalat, sedangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berada di pojok masjid tersebut. (Seusai shalat) Ia mendatangi beliau seraya mengucapkan salam. Setelah menjawab salamnya, beliau bersabda : "Shalatlah kamu,sesungguhnya tadi kamu belum shalat ". Orang itu balik lagi dan kembali shalat. Lalu menemui beliau lagi dan memberi salam. Setelah menjawab salamnya, beliau bersabda lagi : "Shalatlah kamu, sesungguhnya kamu belum lagi shalat". Pada kali yang ketiga lelaki itu berujar : "Tolong ajarkan aku". Beliaupun bersabda :

"Apabila kamu hendak shalat, maka berwudhulah dengan sempurna kemudian menghadaplah kearah kiblat dan bertakbirlah. Lalu bacalah ayat Al-Qur'an yang mudah bagimu, kemudian ruku'lah, hingga kamu tuma'ninah dalam ruku'. Lalu tegaklah berdiri, hingga kamu berdiri lurus. kemudian bersujudlah hingga kamu tuma'ninah dalam sujud. Lalu bangkitlah dari sujud hingga kamu tuma'ninnah dalam duduk. Kemudian bersujud lagi hingga kamu tuma'ninah dalam sujud. Kemudian bangkitlah dari sujud, hingga kamu tegak berdiri. Kemudian lakukanlah itu dalam shalat kamu seluruhnya".

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari (II : 1919, 219, 222, XI : 31, 467) Muslim (II : 10,11) dan lain-lain.

 

2.   Dari Abu Mas'ud Al-Badri, bahwa ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.”Artinya : Shalat seseorang itu tidak shah, sebelum ia meluruskan punggungnya baik dalam ruku' maupun sujud".
Diriwayatkan oleh Abu Dawud (I : 136), An-Nasa'i (I : 157), At-Tirmidzi (II : 51), Ibnu Majah (I : 284), Ad-Darimi (I : 304), Ath-Thahawi dalam "Al-Musykil" (I : 80), Ath-Thayalisi (I : 97), Ahmad (IV : 119) dan Ad-Daruquthni (hal 133)

 

3.   Dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Sesungguhnya manusia yang paling jelek cara malingnya adalah orang yang mencuri dari shalat-nya". Mereka bertanya : "Wahai Rasulullah, bagaimana ia bisa mencuri dari shalatnya ?" Beliau menjawab : "Bisa, yaitu ketika ia tidak menyempurnakan ruku' dan sujudnya".
Dikeluarkan oleh Al-Hakim (I : 229), beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Hadits itu juga memiliki penguat dari hadits Abu Qatadah dan yang lainnya dalam riwayat Imam Malik (I : 181) dari hadits Nu'man bin Murrah.

Yang keempat : Dari para panglima perang ; Amru bin Al-'Ash, Khalid bin Al-Walid, Syurahbil bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sufyan ; mereka semua bertutur.
"Artinya : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah melihat seorang lelaki yang tidak menyempurnakan ruku' dan sujud ibarat ayam mematuk sedangkan ia dalam shalat. Maka beliau bersabda : "Seandainya lelaki ini meninggal dalam kondisi semacam itu, berarti ia meninggal diluar garis agama Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam [ia mematuk dalam shalatnya itu tak ubahnya bagai seekor gagak yang mematuki darah !] Perumpamaan orang yang tak menyempurnakan ruku; dan ibarat ayam mematuk itu, seperti orang lapar yang makan satu dua biji kurma, artinya ia tak akan mendapat pahala sama sekali".
Diriwayatkan oleh Al-Ajurri dalam "Al-Arba'in", Al-Baihaqi (II : 89) dengan derajad sanad yang hasan.

Yang kelima : Dari Thalaq bin Ali Radhiallahu 'anhuma bahwa beliau berkata : Rasulullah Shallalalhu 'alaihi wa sallam berbsada :
"Artinya : Allah tak akan mamandang shalat seorang hamba yang tidak menegakkan punggunngnya ketika ruku dan sujud".
Dikeluarkan oleh Ahmad (IV : 22), Ath-Thabrani dalam "Al-Kabir", Adh-Dhayya Al-Maqdisi dalam "Al-Mukhtarah" (II : 37) dan derajad sanadnya shahih.

 

Jadi dapat disimpulkan bahwa sholat itu harus tumakninah dan tidak boleh sangat cepat baik dalam gerakan maupun bacaan

Kultum: Keutamaan SURAH AD-DHUHA

 

SURAH AD-DHUHA

(KEUTAMAAN DAN KANDUNGANNYA)

 

Surat Ad-Dhuha merupakan surat yang ke 93 dalam Al-Qur’an dan terdiri dari 11 ayat. Surat ini tergolong ke dalam golongan surat Makiyah karena diturunkan di Mekkah. Nama Ad-Dhuha sendiri memiliki makna yang berarti waktu dhuha, yaitu waktu ketika matahari naik sepenggalan.

Secara keseluruhan, surat Ad-Dhuha berisi tentang isyarat bahwa perjuangan Nabi SAW akan bertambah baik. Selain itu, surat ini juga menjelaskan tentang larangan menghina anak yatim dan menghardik orang yang meminta-minta.

Tak hanya itu, surat Ad-Dhuha ini juga ditutup dengan perintah agar kita selalu bersyukur atas segala nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Baik itu nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat sehat wal afiat.

Berikut ini bacaan surat Ad Dhuha dan artinya:

1. وَالضُّحٰىۙ

wadh-dhukhā

Demi waktu duha (ketika matahari naik sepenggalan),

2. سَجٰىۙ اِذَا وَالَّيْلِ

wal-laili iżā sajā

Demi malam apabila telah sunyi,

3. قَلٰىۗ وَمَا رَبُّكَ وَدَّعَكَ مَا

mā wadda’aka rabbuka wa mā qalā

Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu,

4. الْاُوْلٰىۗ مِنَ لَّكَ خَيْرٌ وَلَلْاٰخِرَةُ

wa lal-ākhiratu khairul laka minal-uulā

Sungguh, yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan.

5. فَتَرْضٰىۗ رَبُّكَ يُعْطِيْكَ وَلَسَوْفَ

wa lasaufa yu’thīka rabbuka fa tardhā

Dan sungguh, kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.

6. فَاٰوٰىۖ يَتِيْمًا يَجِدْكَ اَلَمْ

a lam yajidka yatīman fa āwā

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(mu),

7. فَهَدٰىۖ ضَاۤلًّا وَوَجَدَكَ

wa wajadaka dhāllan fa hadā

Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk,

8. فَاَغْنٰىۗ عَاۤىِٕلًا وَوَجَدَكَ

wa wajadaka’ā`ilan fa agnā

Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

9. تَقْهَرْۗ فَلَا الْيَتِيْمَ فَاَمَّا

fa ammal-yatīma fa lā taq-har

Maka terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang.

10. تَنْهَرْ فَلَا السَّاۤىِٕلَ وَاَمَّا

wa ammas-sā`ila fa lā tan-har

Dan terhadap orang yang meminta-minta janganlah engkau menghardik(nya).

11. فَحَدِّثْ رَبِّكَ بِنِعْمَةِ وَاَمَّا

wa ammā bini’mati rabbika fa khadditz

Dan terhadap nikmat Tuhanmu hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).

Berdasarkan ayat-ayat di atas, kita bisa melihat bahwa isi dari surat Ad-Dhuha ini memang sangat mulia. Surat ini mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat dari Allah SWT dan tidak sewenang-wenang dengan anak yatim maupun orang yang meminta-minta.

 

Ada banyak keutamaan yang bisa kita dapatkan jika mengamalkan surat Ad-Dhuha. Pertama, surat Ad-Dhuha diyakini sebagai surat untuk mempermudah urusan rezeki. Jika kita mengamalkan dengan sungguh-sungguh Allah akan mencukupkan rezeki umat-Nya.

Dalam ayatnya menjelaskan tentang kuasa Allah SWT yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, larangan berbuat buruk kepada siapa pun terutama anak yatim, dan selalu mensyukuri nikmat Allah SWT.

Surat Ad-Dhuha ini juga sering dibaca saat ibadah sholat Dhuha yang dilakukan sejak terbit matahari hingga waktu sholat Dzuhur. Melakukan sholat dhuha ditambah dengan membaca surat Ad-Dhuha diharapkan dapat menjadi jawaban untuk rezeki yang kita minta.

 

Hikmah dalam surah Ad Dhuha antara lain:

1. Musibah adalah penegur atas kesalahan yang telah diperbuat.

2. Tidak ada jalan untuk takut tak berdaya atas pergolakan yang terjadi dalam perjuangan,  atau meratapi kesedihan, atau merasa sakit sampai tak mau bergerak.

3. Kemenangan itu pasti datang, kenikmatan akan selalu Allah berikan kepada hambanya yang bersabar.

4. Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan kebingungan.

5. Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam keadaan kelaparan

 

Pelajaran yang terkandung dalam surat Ad Dhuha:

1.         Mengajarkan kita untuk selalu berbuat sabar

2.         Mengajarkan kita untuk bersikap ikhlas

3.         Mengajarkan kita untuk bersikap tawakal

4.         Mengajarkan kita untuk bersikap kuat

5.         Mengajarkan kita untuk percaya akan adanya Allah

 

Demikian pembahasan tentang Surat Ad Dhuha serta berbagai keutamaannya yang dapat kita petik. Semoga dapat memberikan pengatahuan dan bermanfaat bagi kita semua.